Harga buku terjemah (asli) Rp.85.000
Harga buku copian Rp.30.000,-(ukuran A5)
Harga buku copian kitab bahasa arab Rp.35.000
Harga soft copy kitab terjemah : Rp. 20.000
Peminat Hub: 081315736338
Judul asli:
العواصم من القواصم في تحقيق مواقف الصحابة
بعد وفاة النبي صلى الله عليه وسلم
Al-Awashim min al-Qawashim fi Tahqiq Mawaqif ash-Shahabah Ba'da
Wafat an-Nabi SAW, yang mana apabila diterjemahkan secara harfiyah adalah:
Kebenaran yang melindungi dari petaka dan fitnah (sejarah),
dalam Kajian tentang Sikap Para Sahabat setelah Nabi صلى الله عليه وسلم
Wafat.
Judul terjemah:
Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah Sejak Rasulullah صلى الله عليه وسلم Wafat hingga Masa Bani Umayyah
Penulis:
Muhammad bin Abdullah al-Ma'afiri al-Asybili, yang dikenal
dengan: Al-Imam al-Qadhi Ibnul Arabi. Tahqiq dan takhrij: Al-Allamah
Muhibbuddin al-Khathib. Kitab ini kemudian dikaji, ditahqiq dan ditakhrij ulang
serta diberi cacatan tambahan, Oleh Dr. Mahmud al-Istanbuli Kajian dan tela'ah
atas kitab ini kemudian disempurnakan, oleh tim ilmiah al-Maktab as-Salafi, di
bawah arahan dan pengawasan: Dr. Muhammad Jamil Ghazi
TENTANG PENULIS
Al-Imam al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Arabi adalah salah seorang
di antara ulama Ahlus Sunnah yang masyhur di kalangan para pencinta ilmu,
terlebih bagi para ulama. Sebagai gambaran tingginya kedudukan beliau dalam
ilmu, al-Allamah Shiddiq Hasan Khan dalam at-Taaj al-Mukallal, memuji beliau
dengan mengatakan, Al-Qadhi Ibnul Arabi adalah seorang imam dalam ushul dan
furu' … .
Al-Imam al-Qadhi Ibnul Arabi telah menulis banyak kitab
dalam berbagai disiplin ilmu, sebagaimana yang disebutkan oleh Muhibbuddin
al-Khathib رحمه الله dalam mukadimah buku ini, bahwa:
- dalam disiplin Ulum al-Qur`an, Al-Imam al-Qadhi Ibnul
Arabi menulis 5 kitab, - dalam hadits dan ilmu hadits, beliau menulis 11 Kitab,
- beliau juga menulis Musykil al-Qur`an wa al-Hadits,
- dalam ushuluddin (akidah), beliau menulis 7 Kitab,
- dalam zuhud dan raqa`iq, beliau menulis 5 kitab,
- dalam ushul fiqh, beliau menulis 2 judul,
- dalam fikih, beliau menulis 8 kitab,
- dalam ilmu bahasa, beliau menulis dua kitab,
- dalam sejarah, beliau menulis 3 kitab,
- dan masih ada yang lainnya.
Dengan segudang keahlian dan luasnya ilmu al-Qadhi Ibnul
Arabi, penulis buku ini, tentu sangatlah patut untuk dibaca dan dipelajari oleh
semua pihak yang mencintai kebersihan sejarah Agamanya, agar semua kita kaum
Muslimin dapat menyampaikan dan menggambarkan Agama ini kepada umat manusia
dalam gambarannya yang utuh, bersih dan indah. Dan inilah tujuan dari Ibnul
Arabi menulis buku ini.
Satu sisi yang sangat penting untuk dicermati, yaitu bahwa
al-Qadhi Ibnul Arabi lahir pada th. 468 H dan wafat th. 543 H, artinya, tidak
begitu jauh dengan masa suksesi besar episode sejarah bergolaknya fitnah dan
malapetaka yang terjadi di tengah dan di antara para sahabat tersebut. Dan
karena inilah, catatan dan sorotan Ibnul Arabi terhadap sejarah ini, menjadi
suatu yang sangat penting untuk dicermati oleh kita semua.
Tetapi di balik nama besar Ibnul Arabi, beliau tetap manusia
biasa yang tidak luput dari salah persepsi dan ketergelinciran secara tak
sengaja, di tambah lagi dengan kenyataan bahwa naskah dasar dari buku ini
berupa manuskrip yang langka. Di sinilah peran muhaqqiq, Syaikh Muhibbuddin
al-Khathib, menjadi sangat penting. Dan Syaikh Muhibbuddin memang telah
melakukan penelitian yang intens terhadap buku ini, sehingga dapat diambil
faidahnya secara baik oleh kaum Muslimin. Namun demikian, sejumlah kekeliruan
juga dilakukan oleh Syaikh Muhibbuddin. Salah satu di antaranya adalah
kesimpulan beliau yang menyatakan bahwa sabda Nabi صلى الله عليه وسلم,
Entah siapa di antara kalian para istriku yang akan digonggong oleh
anjing-anjing daerah al-Hau`ab, adalah dha'if. Padahal hadits ini adalah shahih
dari segi sanad dan terbukti kebenarannya pada diri Aisyah رضي الله عنها,
yaitu ketika beliau berangkat dari Makkah bersama az-Zubair bin al-Awwam dan
Thahah bin Ubaidillah رضي الله عنهما untuk mendamaikan kaum Muslimin yang berselisih pendapat dalam
menyikapi terbunuhnya Utsman bin Affan رضي الله عنه. Dan
ketika rombongan singgah di sebuah sumur di al-Hau`ab, Aisyah mendengar
gongongan anjing, dan di situlah Aisyah رضي الله عنها
teringat sabda Nabi صلى الله عليه وسلم tersebut, yang beliau sabdakan dalam Haji
Wada'. Spontan Aisyah minta untuk kembali dan tidak melanjutkan perjalanan,
akan tetapi az-Zubair berhasil meyakinkan beliau bahwa perjalanan itu adalah
demi mendamaikan kaum Muslimin. Lebih dari itu, hadits ini telah dishahihkan
oleh Imam al-Muhadditsin abad ini, al-Albani رحمه الله.
Kekeliruan-kekeliruan ini terungkap dari hasil kajian ulang
oleh Mahmud al-Istanbuli, sehingga semakin menambah keshahihan dan validitas
buku. Di samping itu, Mahmud al-Istanbuli juga mentakhrij hadits-hadits yang
terlewatkan dan juga ikut memberikan banyak cacatan berharga. Mahmud al-Istanbuli
kemudian memberikan empat materi tambahan penting di akhir buku, yaitu:
pertama, tentang kelompok al-Bathiniyah yang merupakan cikal bakal agama Syi'ah
Rafidhah, kedua, tentang para sahabat, ketiga, kitab Nahjul Balaghah yang
sering kita dengar merupakan milik Ali bin Abi Thalib, ternyata tidak semuanya
dari beliau رضي الله عنه, tetapi banyak muatannya disusupkan oleh kelompok Syi'ah. Dan
keempat, tahqiq dan takhrij menyeluruh terhadap hadits Gonggongan Anjing Daerah
al-Hau`ab yang beliau nukil secara utuh dari takhrij Imam al-Albani رحمه الله. Mahmud al-Istanbuli, dalam takhrijnya terhadap hadits-hadits
buku ini, merujuk kepada hasil studi al-Albani رحمه الله, maka
secara tidak langsung buku ini menjadi semakin valid oleh itu. Karena
pentingnya tema buku ini, tim ilmiah al-Maktab as-Salafi, kemudian mengkaji
buku ini secara menyeluruh dan ikut memberikan berbagai macam tambahan di sana
sini, yang semakin menambah validitas dan keshahihan informasi yang disajikan.
ISI BUKU SECARA GLOBAL
Semua kita kaum Muslimin insya Allah pernah mendengar
tentang berbagai fitnah dan petaka yang terjadi setelah Rasulullah صلى الله عليه وسلم wafat, di antaranya: murtadnya banyak kabilah Arab, gerakan
penolakan membayar zakat, terbunuhnya banyak dari Ahli al-Qur`an dalam perang
Yamamah yang kemudian mengilhami para sahabat umumnya untuk membukukan
al-Qur`an, munculnya sejumlah orang yang mengaku sebagai nabi, konspirasi
pembunuhan Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab رضي الله عنه oleh
seorang majusi, pemberontakan dan pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan
رضي الله عنه secara zhalim dan keji, yang kemudian menyebabkan perselisihan
yang getir di antara para sahabat sehingga terjadi Perang Jamal, Perang
Shiffin, munculnya sekte khawarij dan Agama Syi'ah, yang kemudian mengakibatkan
terbunuhnya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه, dan
berbagai fitnah-fitnah gelap lainnya. Semua fitnah dan petaka ini disajikan
secara gamblang oleh penulis dengan menyebutkan sebab-sebab dan siapa saja
orang-orang munafik yang menjadi dalang dalam setiap fitnah konspiratif
memilukan itu, berikut rincian kejadiannya.
Yang lebih penting dari itu, adalah sikap dari para sahabat
yang mencerminkan kejujuran dan keteguhan mereka dalam beriman dan kebersihan
hati mereka dalam membela kebenaran, sehingga menjadi tauladan bagi kita kaum
Muslimin dalam menghadapi berbagai fitnah di setiap zaman dan tempat.
Dalam usaha meluruskan semua peristiwa buram itu, Al-Imam
Ibnul Arabi juga mengoreksi cacatan sejarah yang simpangsiur oleh orang-orang
yang tidak bertanggungjawab, dari orang-orang munafik bahkan orang Yahudi dan
orang Majusi, yang sengaja disusupkan oleh musuh-musuh Islam. Hal itu karena
yang sangat mengerikan adalah kekacauan dalam penulisan sejarah terhadap semua
peistiwa pahit tersebut, sehingga potret para sahabat yang bagus, bersih yang
dinyatakan Allah dengan FirmanNya, رَضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ
وَرَضُوْا عَنْهُ, menjadi
buram tak karuan. Dan sikap paling buruk dan paling zhalim bahkan paling kufur
adalah sikap pengikut Agama Syi'ah yang mengkafirkan para sahabat. Yang sangat
lucu dan sangat tidak bisa dimengerti, adalah sikap ulama Syi`ah yang menulis
pada kuburan Abu Lu`lu`ah, orang yang telah membunuh Amirul Mukminin Umar bin
al-Khaththab, dengan kalimat Abusy Syuj'an yang artinya: bapak para pemberani.
Sebaliknya mereka mencaci Abu Bakar dan Umar رضي الله عنهما
serta sahabat-sahabat lainnya. Qaatalahumullah.
Penting untuk kita catat, bahwa semua fitnah dan petaka yang
coba diluruskan dalam buku ini, terjadi di masa sahabat yang merupakan generasi
terbaik dalam segala makna dan kategorinya, di mana, karena hal itulah
Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintahkan kita kaum Muslimin untuk
mengikuti mereka dalam beriman dan berislam. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya
bukan fitnah-fitnah itu yang harus dicermati, dalam artian fitnah dan petaka
itu bisa terjadi pada semua generasi, dan memang telah terjadi yang lebih parah
dan lebih dahsyat dari yang terjadi kepada para sahabat, tapi yang penting
adalah bagaimana kita meneladani para sahabat dalam menyikapi fitnah. Tidak
penting cobaan apa yang kita hadapi tapi yang penting adalah bagaimana
menghadapinya, sehingga keluar sebagai pemenang. Dan inilah pokok dan salah
satu inti manhaj penting yang selama ini dilupakan banyak kaum Muslimin dan ini
pula tujuan asasi dari kita mengkaji buku ini.
Ini bisa kita tegaskan dengan mengatakan, bahwa sekalipun
fitnah yang begitu hebat tersebut terjadi di masa para sahabat itu, namun di
masa itu pula karya-karya besar berhasil diselesaikan dengan gemilang, di
antaranya: dibukukannya al-Qur`an, penumpasan orang-orang murtad yang terjadi
secara luas, mayoritas daerah kekuasaan Islam berhasil ditaklukkan kaum
Muslimin pada masa tersebut, bahkan dua imperium besar dan adikuasa kala itu,
Kaisar Romawi dan Kisra Persia, berhasil ditumbangkan juga di masa itu dan di
bawah komando para sahabat sendiri. Ini menunjukkan bahwa semua fitnah dan petaka
yang terjadi dengan berbagai kedahsyatan dan akibat negatifnya yg hitam, adalah
kecil di mata para sahabat yang hebat, sehingga sebegitu hebat badai petaka dan
tsunami fitnah itu menghantam masa mereka, tapi mereka tetap gagah perkasa
mengarungi lautan sejarah, mengukir lembaran hidup mereka dengan maha karya
yang besar dalam beriman dan berislam. Dan lihatlah hingga hari ini, telah
berlalu lebih dari 1300 tahun lebih sejak masa mereka berlalu, namun karena
semua jasa besar mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin, semua orang Islam
dengan bangga menyebut nama mereka dengan iringan doa: radhiyallahu 'anhu,
kecuali tentu saja orang-orang munafik dari pengikut Agama Syi'ah dan orang
semacam mereka yang angkuh telah merasa aman dari pembalasan Allah.
Pendengar Radio Rodja rahimakumullah, Semua rantai fitnah
dan petaka yang terjadi tumpang tindih dalam kurun yang panjang itu dikobarkan
oleh seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Manusia terlaknat ini
bergerak dalam kegelapan, menghimpun orang-orang munafik, para pencuri,
perampok jalanan, orang-orang yang haus kekuasaan dan harta benda, dan
orang-orang yang memiliki moral rendah serta orang-orang dungu. Tujuan jahat si
Yahudi hitam tersebut hanya satu: Islam hanya bisa digerogoti dari dalam.
Si Yahudi jahat memulai makarnya dengan menyebarkan isu dan
gosip dari lidah ke lidah di antara kaum Muslimin yang lemah imannya, bahwa
Utsman bin Affan belaku zhalim dan menyimpang dalam menjalani roda
pemerintahan.
Kelompok inilah yang kemudian mengepung khalifah Utsman رضي الله عنه, bahkan membunuh beliau secara keji, di dalam rumah beliau dan
di hadapan anak istri beliau. Pembunuhan berutal dan sadis ini kemudian
menimbulkan perpecahan di antara para sahabat khususnya, bahkan kaum Muslimin
umumnya ketika itu, dan dalam kekisruhan ini Si Yahudi tersebut dengan kelompok
makarnya, semakin gencar bergerak dalam kegelapan.
Pada saat-saat yang membingungkan seperti itulah Aisyah,
Ummul Mu`minin, beserta sahabat besar az-Zubair bin Awwam dan Thalhah bin
Ubiadillah رضي الله عنهم, berusaha datang ke Kufah untuk mendamaikan kaum Muslimin yang
bertikai di sana, sehingga kedua belah pihak kemudian sepakat untuk berdamai.
Namun melihat perdamaian telah tercapai, si terlaknat Yahudi
itu, kemudian membagi orang-orangnya menjadi dua kelompok: salah satu kelompok
menyusup ke kelompok Amirul Mukminin Ali dan salah satu kelompok lagi menyusup
ke kelompok Aisyah رضي الله عنهما. Dan kelompok jahat ini kemudian memicu peperangan, sehingga
pertempuran hebat tak dapat dihindari. Peperangan ini tentu saja menelan korban
dari kedua belah pihak, dan yang banyak terbunuh dari mereka adalah dari
kalangan sahabat رضي الله عنهم. Hingga bahkan Aisyah sendiri hampir terbunuh dalam perang
tersebut. Fa La Haula Wa La Quwwata Illa Billah.
Usai perang itu, fitnah tidak lantas padam, justru
pertikaian semakin meruncing antara dua kubu besar kaum Muslimin, yaitu antara
kelompok kaum Muslimin yang dipimpin oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib
dengan kelompok kaum Muslimin yang dipimpin oleh Sahabat Mu'awiyah bin Abi
Sufyan رضي الله عنهم.
Tentang sebab-sebab terjadinya semua perselisihan ini dengan
segala rincian peristiwanya, Anda dapat kaji dalam buku ini. Yang ingin kami
ungkapkan bahwa dalam benturan di antara kedua kelompok besar ini, sekali lagi
yang menjadi dalang adalah Si Yahudi terlaknat itu.
Begitulah, rangkaian fitnah gelap itu terjadi silih
berganti, hingga Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib juga akhirnya dibunuh
secara keji.
Semua episode sejarah yang kelabu ini, kemudian berujung
kepada munculnya sekte-sekte sesat dalam Islam. Kelompok sesat pertama yang
menyempal dari tubuh umat Islam, adalah Khawarij, lalu mncul pula al-Bathiniyah
dan kemudian Rafidhah (Syi'ah), dan lain sebagainya. Dan munculnya
kelompok-kelompok ini juga andil dari si terlaknat, Abdullah bin Saba`, Si
Yahudi licik itu, khususnya kelompok Syi'ah. Dalam buku ini terdapat benang
merah yang jelas bahwa Agama Syi'ah memang didirikan oleh si Yahudi itu,
Abdullah bin Saba`.
Pendengar Radio Rodja rahimakumullah, Semua ini, dapat Anda
kaji secara detil dalam buku kita ini: Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah,
sejak Rasulullah صلى الله عليه وسلم Wafat hingga Masa Bani Umayyah. Semoga
Allah menjaga kita semua.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !