KITAB TERJEMAH ILMU USHUL BIDA'

Judul buku : Membedah Akar Bid'ah
Judul asli : Ilmu Ushul Bida' Dirasah Takmiliyah Muhimmah fi Ilmi Ushul Al-Fiqh
Penulis : Ali Hasan Ali Abdulhamid Al-Halabi Al-Atsari
Penerjemah : Asmuni Solihan Zamakhsayari
Penerbit : Pustaka Al-Kautsar
Tahun cetakan : (Cetakan III) April 2002, (cetakan I) Oktober 2000
Ukuran buku : 24cm, xviii+206 halaman
Harga : Rp 30.000

PAKET:
1. buku copian bahasa arab
2. kitab terjemah
3. cd kajian kitab

hub: 081315736338

Kata pengantar yang disampaikan penerbit buku ini barangkali cukup untuk menggairahkan kita mengetahui lebih lanjut isi buku yang menguak tentang akar bid'ah ini, dan pada akhirnya keuntungan bagi yang dapat mengambil manfaat daripadanya. Berikut ini rangkaian kalimat dari penerbit yang dimaksud.

Merebaknya berbagai kejahatan dan maksiat telah membuat sebagian besar manusia melihat, bila seorang Muslim jatuh ke dalam bid'ah jauh lebih baik daripada terjatuh ke dalam maksiat. Padahal pandangan tersebut bertolak belakang dengan pandangan para salafush shaleh yang merupakan teladan bagi kita dalam mengamalkan agama ini. Sebagai contoh adalah pernyataan mereka berikut ini:
Sufyan Ats-Tsauri berkata, "Bid'ah lebih disukai Iblis daripada maksiat. Sebab maksiat akan ditaubati, sedang bid'ah tidak akan ditaubati."
Ada sebagian ahli bid'ah datang kepada syikhul Islam Ibnu Taimiyah dan berkata, "Kami membuat manusia bertaubat. " Maka beliau berkata "Dari mana kalian membuat mereka bertaubat?" Ia berkata, " Dari merampok, mencuri, dan lain-lain." Beliau berkata. "Kondisi mereka sebelum kalian taubatkan adalah lebih baik daripada kondisi mereka setelah kalian taubatkan. Sebab dulu mereka orang-orang fasiq yang meyakini haramnya sesuatu yang mereka lakukan dan mereka mengharapkan rahmat Allah dan bertaubat kepada-Nya, atau mereka mempunyai niat untuk bertaubat, lalu kalian jadikan mereka dengan taubat yang kalian sebutkan, sebagai orang-orang sesat, musyrik dan keluar dari syari'at Islam. Mereka mencintai apa yang dibenci Allah dan membenci apa yang disukai Allah. Dan saya menjelaskan bahwa bid'ah-bid'ah yang mereka lakukan dan juga oleh selain mereka, adalah lebih buruk daripada bentuk-bentuk maksiat."
Pun demikian, bid'ah dalam peribadatan dibiarkan mengakar dalam kehidupan kaum muslimin dengan alasan demi menjaga persatuan. Namun apakah benar persatuan dapat diwujudkan dengan membiarkan bid'ah, atau apakah memang membasmi bid'ah dianggap sebagai biangnya perpecahan?
Di samping itu, terjadi kerancuan di kalangan kaum Muslimin dalam membedakan antara bid'ah, khilafiyah dan syirik. Bid'ah yaitu suatu tatacara peribadatan yang tidak ada contoh dan dalilnya dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wassallam. Seringkali yang bid'ah dikatakan khilafiyah sehingga dibiarkan, sedang yang khilafiyah dianggap bid'ah sehingga ditentang habis-habisan. Bahkan ada orang yang ketika dilarang dari perbuatan syirik, dia mengatakan, "Jangan membesar-besarkan masalah khilafiyah". Padahal perbuatan tersebut jelas-jelas kemusyrikan yang harus diberantas habis sampai ke akar-akarnya.
Dua fenomena di atas terjadi karena ketidaktahuan umat tentang bahaya bid'ah dan pentingnya mencontoh sunnah Rasul dalam beribadah, masih mendominasi kehidupan umat. Padahal kalau kita merujuk kepada hadits Rasulullah dan perkataan salafus shalih akan tampak berapa besar dan dahsyatnya bahaya bid'ah tersebut.

Imam Malik berkata, "Barangsiapa yang membuat bid'ah dalam Islam dan melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka sesungguhnya dia telah menuduh bahwa Nabi Muhammad telah berkhianat, karena Allah berfirman dalam Al-Qur'an, "Pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamamu," Maka apa yang pada hari itu tidak termasuk sebagai agama, hai ini pun ia bukan agama.
Dalam suatu hadits beliau bersabda, "Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan tanpa ada keterangan dari kami, amalannya tertolak."

Buku ini secara jelas mengungkap semua masalah bid'ah dari akar-akarnya sehingga akan gamblanglah mana hal-hal yang masuk ke dalam syari'ah dan mana pula yang termasuk sebagai bid'ah.